teknoflux.com – BANGKOK – Kebakaran hutan yang terjadi secara sporadis di Asia Tenggara menandakan adanya ancaman kabut asap yang berbahaya. Kabut asap ini dapat menimbulkan dampak besar terhadap perekonomian dan masyarakat, mengingatkan kita pada peristiwa kabut asap tahun 1997.
Kebakaran hutan yang terjadi di Thailand dan Kamboja dalam beberapa minggu terakhir telah menimbulkan kekhawatiran akan polusi udara. Polusi ini dapat semakin parah saat suhu panas musim panas melanda wilayah tersebut dalam beberapa bulan mendatang.
Biasanya, kebakaran hutan terjadi antara bulan Desember dan April ketika petani melakukan metode tebang-bakar untuk mempersiapkan lahan untuk musim tanam baru.
Thailand, yang telah berjuang melawan kebakaran hutan sejak Januari, telah meningkatkan kadar PM2,5 (partikel halus berbahaya) di udara. Negara ini telah menandatangani perjanjian dengan anggota ASEAN untuk mengatasi masalah kabut asap lintas batas.
Profesor Madya Dr Helena Varkkey dari Departemen Studi Internasional dan Strategis, Universitas Malaya, mengatakan kepada Bernama bahwa Thailand adalah salah satu negara ASEAN yang paling proaktif dalam menangani masalah ini di tingkat regional dan nasional.
“Masyarakat di Thailand telah memiliki kesadaran yang tinggi akan bahaya PM2,5,” ujar Helena.
“Hal ini terbukti ketika Thailand memainkan peran penting dalam upaya tambahan di tingkat ASEAN,” tambahnya.
“Negara-negara ASEAN lainnya harus meniru pemerintah dan masyarakat Thailand dalam menangani kabut asap lintas batas,” kata Helena seperti dilansir dari Science Alert.
Menurut Pusat Meteorologi Khusus ASEAN, kondisi kering terpantau di sebagian besar wilayah Mekong pada Sabtu pagi (22 Februari).
Citra satelit menunjukkan adanya titik panas yang tersebar di Kamboja utara dan Myanmar tengah, serta titik panas terisolasi di sepanjang Mekong.