Kisah Seru Jenderal Kopassus di Saat Timtim Merdeka dari Indonesia, Ketegangan Melanda, 2 Kubu Saling Serang

Photo of author

By Balqis Ufairah

Tepat pada 30 Agustus 1999, rakyat Timtim yang terdiri dari 98,6 persen suara menyatakan memilih merdeka dari Indonesia. Selang sehari kemudian tepatnya 31 Agustus 1999, Presiden BJ Habibie mengeluarkan keputusan penghentian kekerasan dan penarikan pasukan Indonesia yang berada di Timtim.

Selanjutnya, Timtim resmi melepaskan diri dari Indonesia dan menjadi negara ke-189 di dunia dengan nama Timor Leste. Sejak saat itu, Timtim telah menorehkan babak baru sejarahnya sebagai negara merdeka. Namun, kenangan akan masa lalu yang pahit masih tetap terpatri dalam ingatan masyarakat Timor Leste dan Indonesia.

Seperti yang diungkapkan oleh Letjen TNI (Purn) J. Suryo Prabowo, bahwa pisahnya Timor Timur dari Indonesia merupakan bagian dari sejarah yang tidak bisa diubah. Namun, kita sebagai bangsa yang besar harus menerima dan belajar dari kejadian tersebut untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan negara tetangga.

Teknoflux.com – Jakarta, Timor Timur (Timtim) yang telah memperoleh kemerdekaan dan menjadi negara Timor Leste sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Indonesia. Namun, perpisahan ini masih meninggalkan luka mendalam bagi penduduk setempat dan para prajurit TNI-Polri yang pernah bertugas di sana. Letjen TNI (Purn) J. Suryo Prabowo, mantan Wakil Gubernur Timtim, menjadi saksi sejarah peristiwa yang terjadi di daerah tersebut. Dalam bukunya berjudul “Mengantar Provinsi Timor Timur Merdeka Menjadi Timor Leste”, ia menceritakan suasana mencekam di Timtim menjelang dan sesudah referendum. Aksi penculikan, perusakan, penembakan, hingga pembunuhan antara kedua kubu yang saling berseberangan hampir setiap hari mewarnai kehidupan di Timtim. Situasi semakin memanas dengan ketidakmampuan Pemerintah Indonesia dan aparat keamanan memberikan jaminan keamanan, ditambah kehadiran United Nations Assessment Mission on East Timor (UNAMET) yang cenderung tidak netral dan berpihak pada kubu pro kemerdekaan. Pada saat yang sama, situasi politik nasional di Indonesia yang sedang euforia terhadap Reformasi membuat Presiden BJ Habibie menganggap pemberian opsi referendum bagi rakyat Timtim sebagai langkah yang tepat. Pada 11 Februari 1999, saat menghadiri acara Munas Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Presiden BJ Habibie menegaskan akan memberikan kemerdekaan Timor Timur mulai 1 Januari 2000 agar tidak lagi menjadi beban bagi Indonesia. Tepat pada 30 Agustus 1999, rakyat Timtim memilih merdeka dari Indonesia dan keesokan harinya, Presiden BJ Habibie mengeluarkan keputusan penghentian kekerasan dan penarikan pasukan Indonesia dari Timtim. Sejak saat itu, Timtim telah menjadi negara ke-189 di dunia dengan nama Timor Leste. Namun, kenangan akan masa lalu yang pahit masih tetap terpatri dalam ingatan masyarakat Timor Leste dan Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Letjen TNI (Purn) J. Suryo Prabowo, bahwa pisahnya Timor Timur dari Indonesia merupakan bagian dari sejarah yang tidak bisa diubah. Namun, kita sebagai bangsa yang besar harus menerima dan belajar dari kejadian tersebut untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan negara tetangga.

Leave a Comment