Teknoflux.com – Hakim Mahkamah Agung Brasil, Alexandre de Moraes, telah memerintahkan penyedia layanan internet di negara tersebut untuk memblokir platform media sosial X (sebelumnya Twitter). Tindakan ini diambil karena Elon Musk, pemilik X, menolak untuk menunjuk perwakilan hukum untuk kasusnya dan mematuhi perintah Moraes untuk menutup akun-akun X yang dianggap berbahaya bagi proses demokrasi. Perintah tersebut telah dipublikasikan secara online oleh situs berita Brasil, Poder 360.
Alasan pemblokiran X di Brasil terjadi setelah serangkaian peristiwa yang melibatkan ketidakpatuhan Elon Musk terhadap perintah pengadilan. Beberapa poin kunci yang mendasari pemblokiran ini adalah penolakan Musk untuk menunjuk perwakilan hukum lokal, ketidakpatuhan terhadap perintah pengadilan, dan denda yang belum dibayar sebesar USD3 juta terkait dengan kasusnya di Brasil.
“Ini adalah hari yang menyedihkan bagi pengguna X di seluruh dunia, terutama mereka yang berada di Brasil, yang ditolak aksesnya ke platform kami. Saya berharap ini tidak harus terjadi. Ini menghancurkan hati saya,” kata CEO X, Linda Yaccarino.
Pemblokiran X memiliki dampak yang signifikan, baik bagi perusahaan maupun pengguna di Brasil. Pengguna di Brasil tidak dapat mengakses X melalui web atau aplikasi seluler dan pengguna yang mencoba mengakses X melalui VPN dapat dikenai denda harian yang besar. Selain itu, pembekuan rekening bank Starlink, penyedia layanan internet milik SpaceX, bertujuan untuk memberi tekanan lebih lanjut pada Musk agar mematuhi perintah pengadilan.
Perselisihan hukum antara Hakim Moraes dan Musk telah berlangsung selama berbulan-bulan. Hakim Moraes, yang juga merupakan otoritas pemilihan Brasil, telah memantau dan mengeluarkan perintah kepada kandidat untuk menghindari penyebaran informasi palsu melalui internet dan media sosial. Namun, Musk menganggap arahan Moraes untuk menghapus atau membekukan akun-akun yang menyebarkan informasi salah di X sebagai “perintah sensor.”
Pada awal bulan ini, Musk menunjukkan penolakannya untuk mematuhi pengadilan dengan menutup kantor X di Brasil untuk “melindungi keselamatan staf kami.”